Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Rasulullah
memberikan syafa’at kepada manusia pada hari kiamat, yaitu dengan memberikan
ketenangan pada waktu mereka dalam ketakutan. Rasul juga memberikan syafa’at
dengan memohon keringanan adzab untuk sebagian orang-orang kafir, sebagaimana yang
terjadi pada diri paman beliau Abu Thalib. Rasul juga memberikan syafa’atnya
dengan memohon kepada Allah untuk mengeluarkan sebagian orang mukmin dari siksa
api neraka atau memohonkan mereka untuk tidak dimasukkan ke dalam api neraka
setelah ditetapkan bahwa mereka akan masuk neraka. Rasul juga dapat memberikan
syafa’at bagi seseorang untuk masuk surga tanpa melalui proses hisab atau
dengan mengangkat derajat sebagian mereka untuk bisa tinggal dalam surga yang
lebih tinggi.” (Fathul Bari syarah Shahih Bukhari)
Ibnu Abil
Izz Al Hanafi (murid Ibnu Katsir) menyebutkan bahwa syafa’at ada 8, yaitu :
1.
Syafa’at Udzma, ini khusus bagi Nabi Muhammad.
2.
Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada kaum yang kebaikan dan keburukannya
seimbang untuk masuk surga.
3.
Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada siapa yang disuruh masuk neraka untuk
tidak memasukinya.
4.
Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk mengangkat derajat ahlul jannah.
5.
Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada suatu kaum untuk masuk jannah tanpa
hisab.
6.
Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk meringankan adzab neraka bagi siapa yang
berhak mendapatkannya, seperti syafa’atnya kepada pamannya Abu Thalib.
7.
Syafa'tnya Nabi Muhammad kepada segenap kaum mu'minin agar diizinkan
masuk syurga.
8. Syafa'atnya
Nabi Muhammad kepada para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya yang masuk
neraka agar keluar darinya. (Syarh
Aqidah Thohawiyyah oleh Ibnu Abil Iz Al Hanafi)
Syafa’at pada hari kiamat ada bermacam-macam seperti yang telah disebutkan
dalam banyak hadits. Macam-macam syafa’at tersebut di antaranya adalah:
1. Syafa’at Terbesar Al Udzma atau Al Kubra Nabi Muhammad
di Padang Mahsyar
Dari Abu Hurairoh Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu hari Rasulullah diberi
daging, dengan disuguhkan kepada beliau bagian lengan kambing dan beliau
menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan ujung giginya. Kemudian beliau
bersabda: “Aku adalah pemimpin (tuan / sayyid) manusia pada Hari Kiamat.
Apakah kamu sekalian mengerti mengapa demikian? Pada Hari Kiamat, Allah
mengumpulkan semua manusia, yang dahulu dan yang akhir di suatu tempat. Lalu
mereka mendengar suara penyeru. Pandangan pun tiada terhalang, dan matahari pun
dekat. Manusia mengalami kesedihan dan kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung
dan mereka pikul. Maka, sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang
lain, “Tidakkah kamu tahu apa yang kamu alami? Tidakkah kamu tahu apa yang
menimpamu? Tidakkah kamu cari siapa yang dapat memberimu syafa’at kepada Rabb-mu?”
Sebagian yang lain di antara mereka
pun menjawab, “Datangilah Adam.”
Kemudian mereka pun mendatangi Adam,
dan berkata: “Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah
menciptakanmu dengan Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan
memerintahkan para Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka
mintalah kepada Rabb-mu syafa’at
bagi kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau
tahu apa yang menimpa kami?”.
Nabi Adam
menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka yang tiada pernah Dia
marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku pernah melarangku
mendekati sebuah pohon (di surga dulu),tetapi aku berma’shiyat, melanggar
larangan itu karena nafsuku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku
sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain
selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.”
Kemudian
mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata : “Wahai Nuh, engkau adalah rasul
pertama di bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang sangat
bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafa’at untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang
kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Nuh
menjawab : “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum
pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sungguh, dahulu aku pernah
mendo’akan jelek untuk kaumku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku
sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Ibrahim.”
Kemudian manusia
mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata: “Engkau adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya
dari penduduk bumi. Mintakanlah syafa’at
kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami
alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Kemudian
Nabi Ibrahim pun menjawab, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada
tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi Ibrahim
menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika ia menghancurkan berhala –
pen). Nabi Ibrahim berkata, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri,
aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain
selainku. Pergilah kalian kepada Musa.”
Maka mereka
pun mendatangi Musa, lalu berkata: “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah.
Allah telah memberimu keutamaan dengan risalah-Nya, dan
firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami.
Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang
telah menimpa kami?”.
Nabi Musa
menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum
pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah
membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Aku (saat
ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah
kalian kepada ‘Isa.”
Lalu mereka
mendatangi Nabi ‘Isa, seraya berkata: “Wahai Isa, engkau adalah utusan
Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika engkau baru lahir. Engkau
terwujud dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dengan tiupan
roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafa’at
kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami?
Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Nabi ‘Isa
menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum
pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi ‘Isa
tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya.
Kata Nabi
‘Isa selanjutnya, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk
dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Muhammad.”
Kemudian
mereka mendatangiku, dan berkata : “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan
Allah, engkau adalah Penutup para Nabi, Allah telah memberikan
ampunan atas dosa yang telah engkau lakukan (seandainya ada). Maka, mintakanlah
syafa’at kepada Rabb-mu untuk
kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa
yang sedang menimpa kami?”.
Maka aku
(Nabi Muhammad) pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy (ke bawah ‘Arsy). Lalu aku
bersujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku pertolongan dan pemberitahuan
yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang sebelum aku. Dia berfirman, “Wahai
Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, maka engkau akan diberi. Mintalah syafa’at, maka engkau akan diizinkan
untuk memberi syafa’at.”
Lalu aku
mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan : “Ya Allah, tolonglah umatku!
Tolonglah umatku!”
Aku dijawab:
“Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu
kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain lagi.” Demi Allah
yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara dua daun pintu di surga
sebanding antara Mekkah dan Hajar (daerah Palestina – pent.), atau antara
Mekkah dan Bashra (Iraq – pent.).” (HR. Muslim no. 194)
2. Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
Kaum yang Kebaikan dan Keburukannya Seimbang (Ashabul A’raf) untuk Masuk Surga
Orang mukmin yang mempunyai kebaikan dan keburukan yang seimbang (ashabul
a’raf), maka mereka berada di antara batas surga dan neraka. Ketika mereka
melihat ke arah surga, mereka ingin dapat memasukinya. Tetapi ketika mereka
melihat ke arah neraka, mereka memohon kepada Allah agar tidak dimasukkan ke
dalamnya.
Allah berfirman: “Dan di antara keduanya
(penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A’raaf itu ada orang-orang
yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka.
dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaamun ‘alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan
kesejahteraan atas kalian]“. mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin
segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni
neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami
bersama-sama orang-orang yang dzalim itu. Dan orang-orang yang di atas A’raaf
memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya
dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: “Harta yang kamu kumpulkan dan apa
yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.” (QS. Al A’raf 46-48)
Hudzaifah
berkata: “Ashabul A’raf adalah
kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan mereka seimbang, kemudian Allah
berfirman kepada mereka: “Masuklah surga dengan anugerah dan ampunan-Ku, pada
hari ini janganlah kalian takut dan janganlah kalian bersedih hati.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya, 12/453, no 14688. Atsar yang
serupa dengan ini juga diriwayatkan oleh Al-Jama’ah)
Ibnu Katsir
berkata: “Semua pendapat ini adalah saling berdekatan, yang kembali kepada satu
makna yaitu mereka (ashabul a’raf-pen)
adalah kaum yang kebaikan dan keburukannya sama”. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/121)
Ibnu Mas’ud
berkata : “Ketika mereka (ashabul a’raf) berada di atas Sirath, mereka boleh
mengetahui keadaan penduduk surga dan penduduk neraka. Maka apabila mereka
melihat keadaan penduduk syurga mereka berkata: “Keselamatan bagi kalian”, dan
ketika mereka mengalihkan pandangan mereka ke sebelah kiri mereka bisa melihat
penduduk neraka, mereka berkata : “Ya Allah jangan jadikan kami bersama
orang-orang dzalim”. Mereka berlindung kepada Allah dari neraka yang mereka
lihat itu. Adapun orang yang banyak berbuat kebaikan, maka mereka diberi
cahaya, yang mana cahaya itu berada di depan mereka dan samping kanan mereka
dan mereka berjalan dengannya. Pada hari itu setiap hamba dan umat diberi
cahaya. Maka ketika mereka semua sampai di atas Sirath, Allah mencabut cahaya
orang-orang munafik, ketika ahli surga melihat apa yang terjadi pada orang
munafik maka mereka berkata : “Ya Tuhan kami sempurnakanlah cahaya kami”.
Adapun ashabul a’raf cahaya mereka hanya ada di arah depan saja. Itulah yang
difirmankan oleh Allah : “Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin
segera (memasukinya).” (Tafsir Ath-Thabari 12/454, juga disebutkan oleh Ibnu
Katsir dalam Tafsirnya, 3/419)
Ashabul a’raf tertahan di antara batas surga dan neraka. Mereka baru bisa
memasuki surga setelah mendapat syafa’at dari Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi
wasallam. Imam
Ath-Thabrani meriwayatkan, bahwa Ibnu Abbas berkata: “Orang-orang yang
berlomba-lomba dalam kebajikan memasuki surga dengan tanpa hisab, orang yang
pertengahan memasuki surga dengan rahmat Allah, dan orang yang mendzalimi diri
mereka sendiri dan ashabul a’raf mereka masuk surga dengan syafa’at dari Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wasallam.” (Al-Mu’jam Al-Kabir Lith-Thabrani,
9/391, no 11292)
Ibnu Katsir berkata: “Ketika menjelaskan keadaan kaum muslimin di hari
kiamat nanti berdasarkan ayat ini, Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu berkata : “Orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan
akan masuk surga dengan tanpa hisab dan orang yang muqtasid akan masuk ke surga
dengan rahmat Allah, sedangkan orang yang mendzalimi dirinya sendiri dan
ashabul a’raf akan masuk surga dengan syafaat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.” (Tafsir Ibnu Katsir III/556)
3. Syafa’at Nabi Muhammad kepada Calon Penghuni Surga
yang Berada di Luar Pintu Surga Agar Segera Masuk Surga
Pintu-pintu surga dapat dibuka dengan izin Allah melalui syafa’at Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalil tentang syafa’at ini bisa ditemui
dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Dan orang-orang yang bertakwa
kepada Rabb-nya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila
mereka sampai ke surga itu, sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah
kepada mereka para penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu,
berbahagialah kamu. Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya."
(QS. Az Zumar: 73)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku akan mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku meminta agar pintu tersebut dibuka. Penjaga pintu surga bertanya: Siapakah engkau? Aku menjawab: Muhammad. Penjaga itu berkata: Aku diperintahkan agar tidak membukakannya untuk siapa pun sebelum engkau.” (HR. Muslim, no. 292)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Aku adalah manusia yang
paling banyak pengikutnya pada hari Kiamat. Dan akulah orang pertama yang
mengetuk pintu surga.” (HR.
Muslim, no. 290)
Syafa’at ini adalah salah satu syafa’at khusus
yang Allah Ta’ala berikan kepada Nabi kita,
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak diberikan kepada Nabi atau Rasul
yang lainnya. Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa tidak ada yang masuk
surga, kecuali setelah syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan hadits di atas.
4. Syafa’at Nabi Muhammad kepada Pamannya Abu Thalib Agar
Diringankan Adzabnya
Dari Abbas bin Abdul Muthalib berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau
bisa memberi manfaat kepada Abu Thalib, sebab dia dulu memeliharamu dan
membelamu?” Jawab beliau: “Benar, dia
berada di neraka yang paling dangkal, kalau bukan karenaku niscaya dia berada
di neraka yang paling bawah.“ (HR. Bukhari no. 3883, 6208, 6572, Muslim
209)
Dari Abu Sa`id Al Khudri, berkata: Disebutkan di sisi Rasulullah pamannya Abu Thalib, maka beliau bersabda: ” Semoga syafa’atku bermanfaat baginya kelak di hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan di neraka yang paling dangkal, api neraka mencapai mata kakinya lantaran itu otaknya mendidih”. (HR.Bukhari 3885, 6564, Muslim 210)
Adzab neraka yang akan diterima oleh Abu Thalib adalah menggunakan alas
kaki dari api neraka yang akan membuat otaknya mendidih. Syafa’at ini khusus
untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak ada seorang pun yang dapat
memberikan syafa’at kepada orang kafir, kecuali Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam. Syafa’at beliau shallallahu 'alaihi wasallam kepada Abu
Thalib tidaklah diberikan atau dikabulkan secara sempurna, akan tetapi sekedar
meringankan adzab Abu Thalib, lantaran di dunia ia membela keponakannya dari gangguan
kaum kafir Quraisy. Abu Thalib tidak bisa keluar dari neraka karena beliau
tidak mau mengucapkan kalimat tauhid “Laa ilaaha illallaah” menjelang wafatnya
sehingga beliau mati dalam keadaan kafir.
5. Syafa’at Nabi Muhammad kepada Kaum Mukminin Agar Bisa
Masuk Surga Tanpa Hisab
Dari Abu
Hurairoh, Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda (ketika mengabarkan tentang syafa’at Al Udzma) : “Aku
dijawab: “Wahai Muhammad,
masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain
mereka lewat pintu yang lain lagi.” (HR. Muslim no. 194)
Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam mengabarkan tentang orang-orang yang masuk surga tanpa hisab,
beliau bersabda: “Mereka itu adalah
orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak pernah minta diobati dengan metode
kai, tidak tathayyur dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” Ukasyah bin
Mihshan berdiri dan mengatakan: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar
aku termasuk golongan mereka.” Rasulullah menjawab: “Engkau termasuk golongan mereka.” Sahabat yang lain lantas berdiri
dan mengatakan: “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk di antara mereka.”
Rasulullah bersabda: “Engkau sudah
kedahuluan Ukasyah.” (HR. Bukhari 5705 dan Muslim 220)
6. Syafa’at dari Allah, Para Nabi, Para Malaikat, dan
Kaum Mukminin kepada Para Penghuni Neraka yang Beriman Agar Dikeluarkan dari
Neraka
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Para malaikat telah memberikan
syafa’at, para nabi juga sudah memberikan syafa’at, dan kaum mukmininpun sudah
memberikan syafa’at. Maka tidak ada lagi yang lain, kecuali Allah –Arhamur
Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok orang dengan satu genggaman-Nya dari
neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari neraka sekelompok orang yang tidak pernah
berbuat kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari dalam Fathul Bari XIII/421
hadits no. 7439 Kitab At Tauhid Bab 24 dan Muslim dalam Shahih Muslim Syarh
Nawawi III/32 hadits no. 453)
a.
Syafa’at dari Allah
Dibawakan oleh Hammad bin Zaid, ia
berkata: Aku bertanya kepada Amr bin Dinar: “Apakah engkau mendengar Jabir bin
Abdillah radhiyallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya
Allah mengeluarkan sekelompok orang dari neraka dengan syafaat?” Amr bin
Dinar menjawab: “Ya.” (HR. Bukhari
dalam Kitab Ar Riqaq Bab Shifatil Jannah wan Naar no. 6558 Fathul Bari XI/416
dan Muslim Kitab Al Iman Bab Adna Ahlil Jannah Manzilatan Fiha III/49 no. 470
Syarh Nawawi)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka Allah berfirman:
Para Malaikat, para Nabi, orang-orang yang beriman memberikan syafa’at, dan
tidak ada yang tersisa kecuali lalu Allah Yang Maha Pengasih akan menggenggam satu atau
dua genggaman dari neraka kemudian mengeluarkan dari neraka itu kaum, yang
tidak pernah dari kaum itu beramal dengan amalan yang baik sedikitpun, sedang
mereka telah terbakar dan menjadi arang. Kemudian ditumpahkan pada mereka Al
Hayaat (air kehidupan) sehingga mereka pun tumbuh seperti biji kecambah. Lalu
keluarlah jasad mereka kembali bagaikan mutiara dan pada pundak mereka tertulis
“Bebas dari neraka”, dan dikatakanlah pada mereka, “Masuklah kalian kedalam
surga.” (Diriwayatkan
oleh Ahmad no. 11917 berkata Syaikh Syuaib Al Arna’uth bahwa Hadits ini
sanadnya shahih sesuai dengan
syarat Shahih Imam Al Bukhari
dan Imam Muslim, dan diriwayatkan oleh Al Imam Abdurrozaq no: 20857)
b.
Syafa’at dari Para Nabi
Dari Imran bin Hushain dari Nabi
shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Akan keluar sekelompok orang dari neraka karena syafa’at Muhammad
shollallahu ‘alaihi wasallam (dalam suatu lafazh yang lain: “Karena
syafa’atku”). Lalu mereka masuk ke dalam surga. Mereka dinamakan
Jahannamiyyun.” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Abu Dawud Kitab As-Sunnah Bab
fii Asy-Syafaah hadits no. 4740 dan Ibnu Majah dalam Shahih Ibnu Majah Kitab Az
Zuhd Bab Dzikri Asy Syafaah hadits no. 3501)
c.
Syafa’at dari Para Malaikat
Allah berfirman: “Dan berapa banyaknya malaikat di langit,
syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan
bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-Nya.” (QS. An-Najm: 26)
Abu Hasan Al-Asyari berkata: “Kalau
ada orang yang bertanya tentang Firman Allah: “Dan mereka (malaikat) tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang
yang diridhai-Nya” (QS. Al-Anbiya: 28). Maka jawabnya: Mereka (malaikat)
itu hanya memberi syafaat kepada orang-orang yang diridhai Allah.” (Al-Ibanah
An-Ushul Ad-Diyanah oleh Abu Hasan Al-Asyari)
d.
Syafa’at dari Kaum Mukminin
Dari Abu Sa’id al Khudri
radhiyallahu ‘anhu, melalui jalan riwayat lain, yaitu dari ‘Atha’ bin Yasar,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak ada seorangpun di
antara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada
Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mukminin ketika
memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya
sesama kaum Mukminin yang berada di dalam neraka. Mereka berkata: “Wahai Rabb
kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji bersama-sama kami”. Maka
dikatakan (oleh Allah) kepada mereka: “Keluarkanlah oleh kalian (dari neraka)
orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan
bagi neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mukmin ini mengeluarkan
sejumlah banyak orang yang dibakar oleh neraka sampai pada pertengahan betis
dan lututnya.” [HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Fathul Bari (XIII/421),
hadits no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab 24, dengan lafadz berbeda. Dan lihat
Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha (III/32), hadits no.
453. Lafadz hadits di atas adalah lafadz Imam Muslim]
7. Syafa’at Mukminin kepada Para Calon Penghuni Neraka
yang Beriman Agar Tidak Jadi Masuk Neraka
Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang mayit disholatkan oleh sekelompok
orang Islam yang jumlah mereka mencapai 100, semuanya memintakan syafa’at
untuknya, melainkan syafa’at itu akan diberikan pada dirinya.” (HR. Muslim no.
947, 58)
Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, lalu
jenazahnya disholatkan oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun, melainkan Allah akan memberikan syafa’at kepadanya.” (HR.
Muslim no. 948, 59)
Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam bersabda: “Bahwa pada hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri
lalu dikatakan kepada mereka, ”Masuklah ke surga!” Merekapun menjawab,”(Kami
akan masuk) jika bapak dan ibu kami masuk juga ke surga.” Maka diserukan kepada
anak-anak kecil itu, ”Masuklah kalian dan bapak (orang tua) kalian ke surga!”
(HR. Ahmad dalam Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna’uth. Hadits
ini dikuatkan oleh hadits-hadits shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim,
An-Nasai dan yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa
Al-Azhar 8/104)
8. Syafa’at Kaum Mukminin kepada Sesamanya Untuk
Mengangkat Derajat Mereka di Surga
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mendoakan sahabatnya, Abu Salamah radhiyallahu
'anhu : "Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya kepada
golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah kuburannya...".
(HR. Muslim)
Abu Hurairah
meriwayatkan: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya,
Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di
surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan
derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari anakmu.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh
Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid X : 210)
Said bin Jubair
berkata, dari Ibnu Abbas ia berkata: “Apabila seseorang masuk surga, dia
bertanya tentang orang tuanya, istri dan anaknya. Lalu diberitahukan padanya
bahwa mereka tidak sampai pada tingkatan surgamu, maka dia berkata, ‘Wahai
Rabbku, Engkau mengetahui kecintaanku terhadap mereka, lalu Allah memerintahkan
agar mengangkat keluarganya berkumpul dalam satu surga. Ibnu Abbas kemudian
membacakan ayat “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka,
dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21) (Tafsir Ibnu Katsir)
Sa’id bin Musayyib
berkata: “Seseorang diangkat derajatnya karena doa anaknya setelahnya.”
(Muwatha’ Kitab Al-Qur’an Bab Al-‘Amal Fid Du’aa no. 38)
9. Syafa’at dari Puasa dan Al-Qur’an
Dari Abdullah bin
‘Amr bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Puasa dan
Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak.
Puasa akan bertanya: “Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang
hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at
kepadanya.” Sedangkan Al-Qur’an berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada
malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.”
Maka keduanya pun memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad II/174 dan Hakim I/554.
Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Al-Haitsami berkata:
“Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadits ini
rijal shahih” (Majma’uz Zawaid III/181). Dishahihkan oleh Albani dalam Tamamul
Minnah halm. 394)
Dari Abu Umamah
Al-Bahili radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan
datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi sahabatnya.” (HR. Muslim
no. 804)
Dari Abu Umamah
Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan
Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat seakan-akan
keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela
orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat
Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya
adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.” (HR. Muslim 804)
Dari An-Nawwas bin
Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak
dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang
paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan
membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)
Jika ada yang bertanya:
Bukankah hadits-hadits tentang adanya syafa’at seperti syafa’at seorang
anak kepada bapaknya ditolak oleh ayat Al-Qur’an:
“Hai manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu)
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula)
menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula)
penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)
Maka jawabannya:
Ayat di atas (QS.
Luqman: 33) berkaitan dengan orang-orang kafir.
Ibnul Jauzi menafsirkan
firman Allah SWT يا أيها الناس
اتقوا
ربكم
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu” bahwa para mufasir mengatakan,”Ayat
ini ditujukan untuk orang-orang kafir di Mekah.” Dan firman Allah SWT “لا
يجزي
والد
عن
ولده
“seorang bapak tidak dapat menolong anaknya sedikit pun dari kejahatan dan
kezhalimannya. Muqotil mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang kafir.
(Zaad al Masir juz V hal 112)
Hal ini
seperti syafaat Nabi Ibrahim untuk ayahnya yang kemudian ditolak Allah SWT
seperti apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw, ”Pada hari kiamat Ibrahim menemui ayahnya Azar
dan tampak wajahnya gelap dan tertutupi debu. Lalu Ibrahim berkata kepadanya,
’Bukankah aku telah mengatakan kepadamu untuk tidak maksiat.’ Ayahnya berkata,
’Hari ini aku tidak akan maksiat terhadapmu.’ Ibrahim pun berkata, ’Wahai
Allah, sesungguhnya Engkau pernah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan
menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan maka kehinaan yang mana yang lebih
hina dari yang didapat ayahku yang jauh (dari rahmat-Mu).’ Lalu Allah
berfirman,’Sesungguhnya Aku mengharamkan surga buat orang-orang
kafir.’ Kemudian dikatakan kepada Ibrahim, ’Wahai Ibrahim apa yang ada
di bawah kedua kakimu.’ Lalu Ibrahim pun melihatnya dan ternyata ia adalah
seekor serigala berbintik-bintik maka dipeganglah kaki-kakinya dan dilemparkan
ke neraka.” (HR. Bukhari)
Adapun untuk orang-orang yang beriman/bertauhid, maka ada syafa’at seperti
yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang
yang beriman, dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan
kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)
“Pada hari itu tidak berguna
syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin
kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS. Thaha : 109)
Abu Hurairah bertanya: “Ya, Rasulullah.
Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?”
Rasulullah bersabda: “Sungguh aku telah
menyangka bahwa tidak ada seseorang yang lebih dahulu bertanya tentang ini
kecuali engkau karena semangatmu dalam mencari hadits.” Rasul bersabda: “Orang yang paling bahagia dengan syafaatku
adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas dari hatinya.”
(HR. Bukhari no. 99)
Ibnu Abbas berkata: “Orang yang Allah ridhai perkataannya, yaitu orang yang
mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Dengan kata lain, Allah tidak akan memberikan
syafaat kepada selain
mukmin.” (Tafsir Al Baghawi III/195 Cet. Daar Al Kutub Al Ilmiyyah)
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata : ”Syafa’at, sebabnya adalah tauhid kepada Allah, dan
mengikhlaskan agama dan ibadah dengan segala macamnya kepada Allah. Semakin
kuat keikhlasan seseorang, maka dia berhak mendapatkan syafa’at. Sebagaimana
dia juga berhak mendapatkan segala macam rahmat. Sesungguhnya, syafa’at adalah
salah satu sebab kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dan yang paling berhak
dengan rahmat-Nya adalah ahlut tauhid dan orang-orang yang ikhlas kepada-Nya.
Setiap yang paling sempurna dalam mewujudkan kalimat ikhlas (Laa ilaaha
illallaah) dengan ilmu, keyakinan, amal, dan berlepas diri dari berbagai bentuk
kesyirikan, loyal kepada kalimat tauhid, memusuhi orang yang menolak kalimat
ini, maka dia yang paling berhak dengan rahmat Allah. (Majmu’ Fatawa Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, XIV/414 dengan ringkas)
No comments:
Post a Comment